Gardamedannews.com- MEDAN- Siang itu, wajah Silih Tarigan benar-benar cerah dan ceria. Usai mandi, berpakaian rapi, semprotkan sedikit parfum harga Rp.10.000, ia pun tancap gas. Tujuannya satu, ke Warung Kopi Kak Noni. Maklum, Tarigan baru dapat info, Warung Kopi Kak Noni buka lagi. Selama beberapa bulan ini, Warung Kak Noni tutup, karena persis di depan warungnya ada proyek penggalian drainase.
Dalam perjalanan, di benak Silih Tarigan yang ada hanya Kak Noni. Janda bahenol berumur 40, centil, manis dan sedikit menggoda dengan lesung pipinya. Hayalan Tarigan buyar, setelah ban depan sepeda motor bototnya itu masuk lubang.” Alamaaaakk….Noni bahenol…”, teriaknya spontan.Dia pun nyaris jungkir balik. Untunglah Tarigan selamat walau tumit sepatu kirinya harus copot karena kesandung batu.
Sesampainya di Warung Kak Noni, tanpa basa basi, Tarigan langsung menjabat tangan Kak Noni. Sambil melempar senyum, Tarigan memesan segelas Sanger panas, mie instan rebus dan sepiring risol. Kak Noni pun menyambutnya dengan senyum manisnya. Melihat senyum Kak Noni, Tarigan nyaris pingsan dan ingin rasanya menerkam Kak Noni.
Lagi asyik memperhatikan Kak Noni, tiba-tiba dua karib Tarigan datang. Olo Boio-bolo dan Heri Maturakrak. “ Wah, kebetulan kalian datang. Udah, pesan aja apa yang kalian mau, “ gaya Tarigan menawarkan minuman lagaknya seperti orang berduit. Semua pesanan sudah datang. Tarigan pun mulai membuka perbincangan.
“ Begini Lo, “ kata Tarigan sambil mengisap rokok putihnya yang tak pakai bandrol itu. Rokok selundupan. Pura-pura mendengar apa yang dibilang Tarigan, Olo dan Heri pun secara bersamaan menyambar risol yang masih hangat itu. Diiringi batuk-batuk, Tarigan pun melanjutkan ceritanya.
Anekdot ini, sambung Tarigan, terjadi di Persereoan Terbatas (PT) Union International Network (UIN). Di situ ada seorang bos, namanya Chairun Annas. Jabatannya Kepala Biro Bagian Operasional Dan Peralatan. Disingkat jadi Karo Bodat. Karyawan dan anak buahnya kerap memanggilnya Pak Karo Bodat.
Mendengar itu, Olo dan Heri terkejut dan tertawa terpingkal-pingkal. Sangkin kuatnya tertawa Olo, sampai risol yang dimakannya pun muncrat. Sebagaian kena ke hidung Tarigan.” Aimaaaaak, pelan kau sikit Lo, hidungku masih dipakai ini Lo, “ sergah Tarigan. Heri pun terdiam sejenak, tapi tangan kanannya perlahan menyambar risol yang tinggal satu lagi itu.
Begitu pun, Tarigan tetap semangat berkisah. Awal dia bertugas di sini, dia sudah menunjukkan congkaknya. Dalam setiap kesempatan berbicara, Pak Karo Bodat selalu mengatakan bahwa dia diutus Bos dari kantor pusat, untuk memperbaiki PT UIN. “ Belagak jadi Rasul dia “, ungkap Tarigan geram. Bahkan, Pak Karo Bodat menganggap dirinya bersih dan orang paling jujur di dunia.
Padahal, ketika dia bertugas di kantor Sumatera Barat dulu, Pak Karo Bodat pernah kena kasus. Hampir jadi urusan di Polisi. Kasusnya, perkara suap. Waktu itu, ada seorang karyawan yang ingin naik jabatan. Pak Karo Bodat yang mngurusnya dengan imbalan segepok uang. Tapi, urusan gagal. Akhirnya, karena ketakutan dilaporkan ke Polisi, Pak Karo Bodat pun mengembalikan uang karyawan tersebut.
“ Memang kurang ajar dia itu,” Tarigan marah dengan suara tinggi sambil menggebrak meja. Petaka pun datang. Karena gebrakan meja Tarigan tadi, gelas sanger yang di depannya terlempar ke mulut Olo. Akibatnya, bibir Olo pun dower sedikit. “ Udah, tenang aja kau Lo, diam aja kau. Aku lagi marah nih, “. Olo pun cuma bisa diam aja. Tapi, wajahnya tambah jelek karena hiasan dower di bibirnya itu.
Di sini pun, sambung Tarigan, tak ada yang menonjol dibuat Pak Karo Bodat itu. Hanya buat rusuh aja. Mengganti dan memutasi karyawan seenak perutnya. Menjebak karyawan dengan membiarkan penggunaan operasional. Padahal, itu tanggungjawabnya. Malah, baru-baru ini ada sebagian karyawan mau menggugat Pak Karo Bodat karena akan memotong gaji karyawan tanpa dalil yang jelas. Dan, masih banyak lagi.
Kak Noni, yang sedari tadi memperhatikan Tarigan tersenyum melihat Tarigan sedikit marah. Kak Noni mendekati Tarigan sambil membisikkan ungkapan salah satu dari tokoh terpenting dalam dunia sastra Jerman dan Neoklasisme Johann Wolfgang von Goethe, “Mereka yang menggunakan pengabdian sebagai sarana dan tujuan umumnya adalah orang-orang munafik.”
“ Betul yang kau bilang itu Noni. Tapi, aku mau ke kamar mandi sebentar cuci muka karena kena risol, “ ujar Tarigan. Namun, sebelum sampai kamar mandi, Tarigan mengambil sepeda motornya, lalu cabut meninggalkan Olo dan Heri. Kak Noni pun hanya bisa mengurut dada karena Silih Tarigan terus menumpuk utang. Tar