Ternyata Korban Kericuhan Uinsu, Mahsasiswa MPI Salah Sasaran Karna Mirip

Medan, 11 November 2023 Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) menjadi saksi kericuhan yang terjadi pada Jumat, 10 November 2023. Insiden ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fasilitas kampus, tetapi juga mengakibatkan dua mahasiswa mengalami luka-luka, satu di antaranya diduga menjadi korban salah sasaran.

Diketahui bahwa dua mahasiswa yang menjadi korban berasal dari Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), khususnya dari Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Pada peristiwa tersebut, salah satu mahasiswa dari FITK menjadi korban salah sasaran karena wajahnya mirip dengan terduga pelaku yang sedang dicari oleh kelompok oknum tersebut.

Kronologi Kejadian: Korban Salah Sasaran di Kampus UIN SU

Dekan FITK, Prof. Dr. Tien Rafida, M.Hum., memberikan keterangan terkait peristiwa tragis ini. Menurutnya, mahasiswa dari FITK menjadi korban ketika sedang duduk di kantin, menunggu kelas. Karena wajahnya dianggap mirip dengan terduga pelaku, ia langsung diserang oleh sekelompok orang.

“Dia itu korban salah sasaran. Tadi korban cerita kalau dia tengah duduk di kantin nunggu kelas, mungkin karena mukanya mirip, jadi langsung diserang,” jelas Prof. Dr. Tien Rafida saat diwawancarai melalui telepon.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Tien Rafida mengungkapkan bahwa korban mengalami kekerasan yang cukup ekstrem. Korban telah diseret dan dimasukkan ke dalam kolam, kemudian dipukul di kepala dengan menggunakan helm. Akibat kejadian tersebut, korban segera dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Haji untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Respons Pihak Kampus dan Penanganan Aparat Hukum

Wakil Rektor III UIN SU, Prof. Dr. Katimin, M.A., membenarkan bahwa terdapat dua korban dari UIN SU dalam insiden tersebut. Ia juga menyampaikan bahwa pihak kampus telah mengambil tindakan dan kejadian ini sedang ditangani oleh aparat penegak hukum.

“Memang benar ada dua korban. Masalah ini sekarang sedang ditangani aparat penegak hukum,” kata Prof. Dr. Katimin melalui pesan WhatsApp.

Kerusakan fasilitas kampus juga menjadi dampak serius dari kericuhan ini. Sejumlah ruangan dan area di kampus mengalami kerusakan, menambah kompleksitas permasalahan yang perlu ditangani oleh pihak berwenang.

Suara dari Masyarakat dan Organisasi Mahasiswa

Insiden ini mendapat sorotan tajam dari masyarakat dan organisasi mahasiswa. Beberapa pihak mengecam keras tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan kampus, menuntut keadilan dan transparansi dalam penanganan kasus ini. Seruan untuk menjaga keamanan dan kedamaian di kampus juga semakin menguat.

Beberapa organisasi mahasiswa mengadakan pertemuan dan aksi solidaritas sebagai bentuk protes terhadap kericuhan ini. Tuntutan agar pihak kampus lebih aktif dalam menjaga keamanan dan menyelesaikan masalah internal menjadi salah satu poin utama yang ditekankan.

Proses Hukum dan Keterbukaan Informasi

Proses hukum terhadap pelaku dan penanggung jawab kericuhan ini sedang dalam tahap penyelidikan. Pihak kepolisian bersama dengan pihak kampus diharapkan dapat mengungkap kebenaran dan mengambil tindakan tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.

Keterbukaan informasi dari pihak kampus dianggap penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Memberikan update secara teratur mengenai perkembangan penyelidikan dan tindakan yang diambil merupakan langkah yang diharapkan dapat menenangkan situasi dan memberikan kejelasan kepada publik.

Kesimpulan: Panggilan untuk Keadilan dan Keamanan

Kericuhan di UIN Sumatera Utara menjadi sorotan nasional, mengingat kejadian ini melibatkan kampus yang seharusnya menjadi tempat belajar yang aman dan kondusif. Panggilan untuk keadilan, penegakan hukum, dan perbaikan sistem keamanan di kampus menjadi hal-hal yang mendesak dan harus direspon dengan serius oleh semua pihak terkait. Keberlanjutan pendidikan yang baik di UIN SU memerlukan kolaborasi antara pihak kampus, mahasiswa, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan.