Prof. Syahrin: Kekuatan Batin dan Kehendak yang Membuat Indonesia Maju

Gardamedannews.com- MEDAN- Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Medan, Prof. Dr. H. Syahrin Harahap, MA memang benar-benar intelektual menembus batas. Ia mampu menganalisis sejarah dengan menampilkan nilai-nilai yang masuk akal. Malah terkesan memunculkan norma-norma baru yang sesuai dengan kultur dan peradaban.

Ini terungkap dalam Dialog Kebangsaan Indonesia Kuat Indonesia Bermartabat, yang digelar Selasa (16/8/2022) malam di kampus UIN Sumut Jalan Sautomo, Medan. Selain  Prof. Syahrin, hadir sebagai narasumber pengamat politik Dr. Shohibul Anshor Siregar. Terlihat nimbrung dalam dialog tersebut, antara lain, Prof. Dr.  Abdurrahman M.Pd yang disebut-sebut akan diangkat menjadi Dekan FIS UIN Sumut, Dr. Achyar Zein, Dr. Muhammad Yafifz, Wakil Rektor IV, Dr Maraimbang Daulay MA, Dr. Sakhira Zandi dan beberapa mahasiswa UIN Sumut.

Prof. Dr. Abdurrahman M.Pd sedang memberikan tanggapan

Dalam dialog itu, Prof. Syahrin menterjemahkan arti bambu runcing, yang selama ini dipahami sebagai senjata rakyat Indonesia melawan penjajah. Menurut Prof. Syahrin, bambu runcing itu bukan semata-mata alat mengusir penjajah. Sebab, secara logika, bambu runcing itu bisa membunuh orang dalam jarak 10 meter, sedangkan musuh pakai senjata. Artinya, pembawa bambu runcing itu akan mati duluan sebelum membunuh musuh.

Tapi, bambu runcing itu harus diterjemahkan sebagai kekuatan batin, yang dibarengi dengan masyiyah atau kehendak. Artinya, kekuatan batin yang berkehendak untuk merdeka, itulah senjata utama para pejuang-pejuang kemerdekaan. “ Kalau sudah batinnya kuat dan berehendak, maka betapapun sederhananya senjata yang ada di tangan, akan menjadi kekuatan yang sangat luar biasa, “ ujar Prof. Syahrin.

Perubahan pun terjadi setelah 77 tahun Indonesia merdeka. Bangsa Indonesia tidak hanya memiliki kekuatan batin, tapi juga mempunyai kekuatan senjata. “ Putra-putra bangsa ini telah mahir memainkan senjata melebihi negara lain, bahkan negara-negara maju sekalipun “ ungkap Prof. Syahrin.

Dr. Muhammad Yafiz dan Dr. Achyar Zein tekun mengikuti dialog

Namun, di sisi lain, kekuatan batin itu bisa tergoyahkan. Ini bisa terjadi karena globalisasi telah memporakporandakan kekuatan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Untuk itulah, Prof. Syahrin berharap kekuatan negeri ini pada keduanya, yaitu, kekuatan batin dan masyiyah atau kehendak. “ Jika ini dipegang teguh, maka bangsa ini akan maju dan terbebas dari segala penjajahan, “ Prof. Syahrin meyakinkan.

Prof. Syahrin meminta agar persoalan ini diinternalisasi pada civitas akademika UIN Sumut. Ia juga meminta agar pesan-pesan ini masuk ke dalam relung-relung hati civitas akademik. Sebab, mereka akan berbicara dan memberi spirit kepada masyarakat, bahwa bangsa ini harus memilki kehendak untuk menjadi negara besar. “ Mudah-mudahan lima atau enam tahun ke depan kita akan menjadi kekuatan raksasa dalam bidang ekonomi dunia, dan menjadi negara bermartabat “ harap Prof. Syahrin.

Pengamat politik Shohibul Anshor Siregar, banyak bercerita tentang pergulatan politik di luar negeri. Termasuk mengungkap kekuatan Amerika dan Cina serta peperangan antara Rusia dan Ukraina. Dalam situasi ini, kata Shohibul Anshor, Indonesia harus mengedepankan diplomasi.

Acara dialog ini makin bernas, setelah beberapa peserta dialog ikut nimbrung dan melontarkan pendapat atau pertanyaan kepada narasumber. Seperti Prof. Dr. Abdurrahman M. Pd mengemukakan fitrah manusia yang bermuara kepada kebenaran dan ketulusan. Sedangkan  Dr. Sakhira Zandi mempertanyakan mengapa harus membicarakan politik. Sebab, menurutnya, apa yang terjadi saat ini tak terlepas dari latar belakang politik. Tar