Gardamedannews.com- MEDAN- Jaringan Mahasiswa Indonesia (JMI) benar-benar menempati janjinya. Setelah beraksi Kamis (16/11/2023), hari ini Senin (20/11/2023) mereka kembali demo ke Kementerian Agama (Kemenag) RI di Jakarta. Tuntutannya pun tetap sama: meminta Menteri Agama mencopot Rektor Univeritas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, dan menginvestigasi kasus dugaan lolosnya seorang mahasiswa program S3, MH, sidang promosi terbuka tanpa nilai.
Tapi, aksi kali ini agak beda. Pengurus dan anggota JMI membawa seekor bebek dalam berdemo dan bernarasi. Menurut narator, Ridwan Dalimunthe, bebek itu akan diserahkan kepada Menteri Agama sebagai lambang agar Menteri Agama jangan “membebek” dalam menuntaskan persoalan yang ada di UIN Sumut.
Dalam orasinya, Ridwan menyebutkan, banyak kasus yang terjadi di UIN Sumut sejak Prof. Nurhayati dilantik pada 9 Mei 2023 lalu. Antaranya, yang paling memalukan adalah kasus dugaan lolosnya MH mengikuti sidang promosi terbuka program doktor, padahal disinyalir ada beberapa dosen pengampu mata kuliah yang belum memberikan nilai kepadanya. “ Ini sangat memalukan. Makanya kami meminta agar pejabat berwenang di UIN Sumut agar diperiksa,” ungkap Ridwan. “ Hasil sidang promosi doktor atas nama MH harus segera dibatalkan, “ tambahnya.
Sekedar mengingatkan, MH adalah Ketua sebuah organisasi keagamaan besar di Sumatera Utara yang mengikuti sidang promosi terbuka program doktor, beberapa pekan lalu di UIN Sumut. Namun, berdasarkan pengakuan beberapa dosen pengampu mata kuliah, mereka belum memberikan nilai pada MH. Selain itu, baik dosen dan teman sekelas MH mengakui bahwa MH hanya beberapa kali saja hadir dan mengikuti kuliah. Justru inilah yang menjadi pertanyaan mengapa MH tiba-tiba bisa mengikuti sidang promosi terbuka program doktor.
Kemudian, kata Ridwan, beberapa hari lalu kampus UIN Sumut diserang puluhan orang yang diduga kuat mahasiswa Universitas Nommensen, yang mengakibatkan beberapa mahasiswa UIN Sumut terluka. Fasilitas kampus banyak yang rusak, serta kampus sempat diliburkan beberapa hari.
Kerusuhan tersebut berawal dari cekcok antara mahasiswa dengan seorang petugas cleaning service gara-gara lapak jualan air mineral kemasan. Tapi, berujung dengan adu jotos. Saat ini terjadi, pejabat UIN Sumut hanya diam saja dan tak ada inisiatif untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya, persoalan menjadi membesar dan terjadilah penyerangan ke kampus UIN Sumut Jalan Williem Iskandar Medan.
Beberapa hari sebelum kerusuhan itu, juga terjadi keributan antar sesama mahasiswa UIN Sumut yang mengakibatkan seorang mahasiswa luka parah. Persoalan ini berlanjut ke ranah hukum. Polisi telah menangkap seorang tersangka dan menahannya, sementara rekannya masih buron. “ Masalah sekecil ini pun tak bisa diselesaikan pejabat UIN Sumut. Keterlaluan memang, “ cetus Ridwan.
Dalam surat pemberitahuan aksinya, JMI juga mengungkapkan latar belakang demo jilid II ke Kemenag RI. JMI menilai adanya dugaan maladministrasi dalam penyesuaian pangkat Wakil Rektor II, Dr. Abror M. Dawud Faza untuk bisa memenuhi syarat diangkat menjadi Wakil Rektor II UIN Sumut.
Sedangkan dalam pengangkatan Wakil Rektor III, Prof. Katimin, JMI menduga telah terjadi kongkalikong. Sebab, ketika proses seleksi dan penetapan pejabat UIN Sumut, Prof. Katimin masih berada di tanah suci Mekkah melaksanakan ibadah haji. Artinya, Prof. Katimin tidak mengikuti proses seleksi dan tidak menandatangani fakta integritas, seperti yang dilakukan peserta seleksi lainnya. Tapi, anehnya, Prof. Katimin lah yang diangkat dan ditetapkan menjadi Wakil Rektor III UIN Sumut. Tar
Komentar