Gardamedannews.com- MEDAN– Sore itu, warung kopi Kak Noni sudah ramai. Pelanggan tetap yang sering ngutang, Silih Tarigan bersama karibnya Hasan Bedogol, tampak tertawa riang. Entah apa topik ceritanya, tiba-tiba keduanya terbahak-bahak. Sampai-sampai kumis pirang Silih Tarigan pun ikut berguguran. Mata Kak Noni dan seluruh pelanggan pun tertuju pada keduanya. Silih Tarigan tak perduli, dan terus tertawa tanpa henti.
Usut punya usut, ternyata keduanya membicarakan tentang ulah Pak Wisful Raharja alias Pak WR, Asisten III di PT Union International Network, yang dungu, korup dan doyan seks. “ Sok jadi pejantan tangguh, padahal cepat keok. Macam ayam sayur, “ kata Tarigan disambut tawa cekakan Hasan Bedogol, sambil meraup risol yang tinggal sebuah lagi. Karena Hasan cekakan, Silih pun memesan dua batang rokok untuk Hasan. “ Merokok kau San, udah macam pantat ayam kutengok mulut kau komat-kamit aja, karena dari tadi tak merokok, “ tambah Silih Tarigan.
Memang, banyak certita yang diketahui Silih Tarigan tentang Pak WR. Maklum, keduanya sudah berteman akrab dari dulu. Tapi, kebencian Silih Tarigan memuncak setelah tahu kebusukan Pak WR. Pak WR sanggup mengkhianati orang yang telah menjadikannya sebagai pejabat. Tragisnya, Pak WR juga kerap memfitnah Pak Dirut serta menipunya mentah-mentah. “ Sungguh terlalu…”, cetus Tarigan.
Untuk menepati janjinya kepada Hasan, Silih Tarigan pun bercerita tentang kebobrokan mental Pak WR. Setelah menceritakan asmara hitamnya dengan Neng Gelis, kini Silih berkisah mesum Pak WR dengan Mbak Salima. Entah dari mana Silih mendapatkan cerita ini, hanya dialah yang tahu. Yang pasti, bukan dari Neng Gelis, janda yang jadi korban Pak WR.
Cerita tentang Mbak Salima ini, muncul setelah Pak WR diangkat menjadi Asisten III di PT Union International Network. Sebenarnya, jauh sebelumnya Pak WR sudah mengenal dekat Mbak Salima, karena memang Mbak Salima adalah Staf di perusahaan tersebut. Kedekatan Pak WR dan Mbak Salima mulai terdeteksi beberapa bulan sebelum Pak WR diangkat menjadi Asisten III.
Waktu itu, Pak WR kerap bertelepon dan chating dengan Mbak Salima. Keduanya pun sepakat untuk makan siang bersama di sebuah rumah makan yang terkenal dengan ikan bakarnya, di sudut kota Medan. Tapi, pertemuan ini tak diketahui Neng Gelis. Apalagi isteri Pak WR. Sambil makan, Pak WR kerap melemparkan senyumnya yang tak manis itu, pada Mbak Salima.
Mbak Salima pun bercerita tentang hubungannya dengan suaminya yang tak harmonis lagi. Pak WR pun serius mendengar keluh kesah Mbak Salima. Dalam pikiran Pak WR, berarti sebentar lagi Mbak Salima akan menjadi janda. Artinya, Pak WR bisa menikmati dua janda sekaligus. Mantap coy.
Hubungan terus berlanjut. Pada bulan Ramadhan lalu, pertemuan pada siang hari dibatasi. Selain takut ketahuan Neng Gelis, juga menghormati kesucian bulan Ramadhan. Tapi, WR dan Mbak Salima sering mengadakan buka bersama, untuk sekedar melepas rindu. Pak WR ingin menunjukkan bahwa ia pria romantis, walaupun rumah tangganya sudah hancur babak belur.
Prahara terjadi setelah Ramadhan berlalu. Waktu itu, kantor sepi. Sebahagian staf dan karyawan terpaksa bekerja dari rumah karena pandemi covid-`19. Kesempatan ini dimanfaatkan Pak WR untuk “menseriuskan” hubungannya dengan Mbak Salima. Entah dengan alasan apa, tiba-tiba Mbak Salima sudah berada di ruangan kerja Pak WR. Dan, hanya mereka berdua berada dalam ruangan ber-AC tersebut. Sialnya, pintu kamar kerja Pak WR memang tertutup tapi tidak dikunci.
Nah…beberapa saat kemudian, Silih Tarigan datang dan ingin masuk ke ruangan Pak WR. Setelah membuka pintu, Silih Tarigan pun terperangah. Silih Tarigan tak sanggup menceritakan apa yang dilihatnya dan apa yang terjadi di ruangan itu. Hanya sekejap saja, Silih Tarigan pun menutup kembali pintu ruangan dan berlalu. “ Sial aku San, lupa aku memvideokannya. Aku betul-betul terkejut. Ada mesum, “ jelas Silih Tarigan pada Hasan Bedogol. Hasan pun tampak senyum-senyum malu.
Sebenarnya Silih Tarigan belum selesai berkisah. Tapi, tiba-tiba Kak Noni datang dan menimpali. Ia mengutip kata-kata Elisabeth Rose, penulis Inggris, “ Kesuksesan seorang pria tak pernah terlepas dari istri di belakangnya. Namun sebaliknya, keterpurukan seorang pria dapat datang dari doa seorang istri yang teraniaya, “.
Mendengar kata-kata Kak Noni, Silih Tarigan terkesima juga. Ia pun langsung merogoh koceknya untuk membayar utang pada Kak Noni. Silih Tarigan menyodorkan uang Rp.5000,. untuk Kak Noni. Padahal utangnya sudah Rp.75.000,. “ Kak Noni tenang aja. Itu dulu ya. Jangankan aku, negara aja pun banyak utangnya, “ kata Tarigan.
Sebelum beranjak, tak lupa Silih Tarigan berbisik kepada Hasan Bedogol. “ San, besok kau datang ya. Ada cerita lagi nih, yang lebih seru. Korbannya, mahasiswi pascasarjana, “. Tar