Silih Tarigan: Pak WR Main Kuda-kudaan dengan Mahasiswi Pascasarjana

Gardamedannews.com-MEDAN- Sore itu, Silih Tarigan tampak necis. Bercelana Lea biru dipadu dengan baju lengan panjang putih berlis hitam. Rambutnya klimis, wajahnya riang gembira. Seperti biasa, ia masih nampak duduk sendiri di bawah pohon seri di sisi kanan warung kopi Kak Noni. Sesekali, mata liar Silih Tarigan curi-curi pandang ke arah Kak Noni. Mungkin, Silih Tarigan takut kalau Kak Noni juga akan jadi sasaran Pak WR.

Tak berapa lama, Hasan Bedogol datang. Tapi, dia tak sendirian. Di sebelahnya terlihat Rico Latteung. Keduanya tertawa-tawa begitu bertemu dengan Silih Tarigan. Tak banyak basa-basi, langsung aja Hasan dan Rico memesan sanger panas plus beberapa risol dan dua batang rokok. “Macammana bang, lanjutan ceritanya, “ kata Hasan Bedogol membuka dialog. Rupanya Hasan tak sabar lagi mendengar cerita tentang Pak Wisful Raharja alias Pak WR, Asisten III di PT Union International Network, yang dungu, korup dan doyan seks itu.

Sebelum ke cerita inti, Silih Tarigan mengingatkan kembali tindakan konyol Pak WR yang korup Rp.300 juta pada temannya sendiri. Belagak bisa mengurus masuk ke Fakultas Kedokteran USU, ternyata nol. Kasus ini pun masih terus diperbicangkan orang, karena korbannya tak jauh-jauh dari lingkaran Pak WR Sendiri. “ Cocok itu Pak WR dihajar, biar jangan korup terus, “ kata korbannya pada Silih Tarigan.

Silih Tarigan belum bercerita, Risol di piring sudah habis digasak Rico dan Hasan. “ Mak jang, aku belum dapat bagian. Mulai besok kalian bawa risol dari rumah ya, “ kata Silih sambil melotot, dan nampak jelek sekali. Begitupun, Silih tetap memesan risol lagi, tapi cuma satu, untuk dia sendiri. Rico dan Hasan cuma bisa menelan air liur.

Soal Pak WR, begini ceritanya. Silih Tarigan menceritakan, sekitar setahun lalu, beberapa bulan menjelang Pak WR diangkat sebagai Asisten III, ada seorang mahasiswi pascasarjana, sebut saja namanya Fitriyani, menemui Pak WR. Tujuannya, Fitriyani meminta bantuan Pak WR untuk membantunya membuat tesis. Setelah cocok harga, Pak WR pun menyatakan oke.

Dalam pertemuan itu, mata Pak WR tak berkedip melihat kemolekan tubuh Fitriyani. Selain masih muda, memang Fitriyani memiliki tubuh yang berbeda dengan Neng Gelis dan Mbak Salima. Tinggi badannya ideal. Wajahnya opal, bibirnya mungil seperti mulut ikan sepat. Fitriyani tinggal di sebuah daerah di Kabupaten Langkat. Menurut informasi, Fitriyani menjadi seorang guru di daerah itu.

Penyelesaian tesis pun sengaja diperlama Pak WR, sampai akhirnya Pak WR diangkat menjadi Asisten III. Pak WR pun kerap bertelepon dengan Fitriyani. Ya, sambil sedikit menggombal. Ternyata Pak WR berhasil meluluhkan hati Fitriyani.Pak WR menawarkan makan siang bersama di sebuah rumah makan ikan bakar di daerah Binjai. Tawaran ini pun langsung disambut tawa ceria Fitriyani.

Beberapa hari kemudian, pertemuan berlanjut lagi. Kali ini, tawaran makan malam. Biasanya, kalau makan malam, paling cuma satu jam. Namun, makan malam Pak WR dan Fitriyani berlangsung sampai jam 03.00 pagi. Patut dicurigai, Pak WR pasti tak hanya makan ikan bakar, tapi juga nyambi makan “ sate daging”.

Pak WR dan Fitriyani memang nampak sudah sangat akrab, setelah Pak WR makan “sate daging” itu. Kemungkinan besar, Neng Gelis dan Mbak Salima tak tahu hubungan gelap itu. Sebab, kalau Pak WR tak berada di kantor, dia kerap berlasan rapat atau diajak Dirut meninjau ke lapangan. Pokoknya, Pak WR selalu berlindung di balik jabatannya.

Suatu waktu, tepatnya hari Jumat semua staf Pak WR di kantor terkecoh. Seusai makan siang, Pak WR tiba-tiba pergi dengan alasan ada tugas ke luar daerah. Dia pergi sendiri, tanpa ditemani supir atau staf. Usut punya usut ternyata Pak WR pergi bersama Fitriyani ke sebuah daerah tujuan wisata yang berudara dingin.

Selama dua malam di daerah itu, Pak WR dan Fitriyani menghabiskan akhir pekannya. Tentu saja Pak WR dan Fitriyani bukan main ludo atau ular tangga di sana. Pasti ada permainan lain yang mengasyikkan bagi mereka berdua. Main kuda-kudaan misalnya. Sebab, setelah sampai di Medan, keduanya nampak cerah dan ceria.

Pak WR bisa berbahagia dengan siapapun, karena uyangnya. Tapi, dia tak pernah mau merasakan bagaimana getirnya hati isterinya yang kerap setia menunggunya di rumah. Padahal, kesuksesannya sampai ia bisa menjabat juga tak terlepas dari doa sang isteri. Seperti kata Kak Noni mengutip Aprilia, seorang penulis Indonesia, “Sakit hati yang begitu dalam hingga mungkin tidak pernah bisa dimaafkan adalah ketika engkau menduakan cinta pasanganmu. Berselingkuh mengejar kebahagiaan yang hina bersama orang lain.”

Melihat risol yang sudah habis di piring, Silih Tarigan mendadak sakit perut. “ San, aku ke belakang sebentar ya, perutku sakit, gara-gara Pak WR, “ cetus Tarigan. Tapi, seperti biasanya, sudah bisa ditebak, Tarigan langsung cabut menbinggalkan utang pada Kak Noni. Dan, kali ini Kak Noni pun harus gigit jari lagi. Tar

 

 

 

Komentar