Ketika Pancaran Jiwa Prof. Syahrin Mekar di Pesona Bunga Tuntungan

Ketika Pancaran Jiwa Prof. Syahrin Mekar di Pesona Bunga Tuntungan
Prof. Syahrin ketika memangkas dan merapikan bunga di Kampus UIN Sumut di Tuntungan

Gardamedannews.com- MEDAN- Kendati sekujur tubuhnya penat, dan roman mukanya sedikit layu, Prof Syahrin tak pernah kehilangan cinta, termasuk mencintai alam semesta. Dibalut rasa kasih dan sayang, lentik jemari halusnya menggenggam gunting, membentuk pesona bunga nan indah, cantik, menawan,  yang menawarkan sejuta kenangan dan ketenangan bagi mata yang meliriknya.

Itulah sekelumit pancaran jiwa yang ditampilkan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA saat berkunjung ke kampus UIN Tuntungan, sekembalinya dari melaksanakan tugas di Berastagi, Jumat,(20/5/2022).

Gairah kehidupannya membara, saat melihat bunga-bunga tumbuh subur di pelataran kampus UIN Sumut di Tuntungan, Deli Serdang. Bagaikan oase, dahaga jiwa seakan terbang bersama kupu-kupu sang penghias mata. Bunga itu, oleh Prof Syahrin, lalu dipangkas dan dirapikan, seolah-olah menata dan mempola bunga-bunga kehidupan.

Persis, seperti roda-roda alam. Manusia lahir, hidup, tumbuh, mekar, lalu layu bagaikan sang bunga. Terri Guillemets  mengungjkap, daya tarik bunga ada dalam kontradiksinya – bentuknya begitu halus namun wanginya cukup kuat, ukurannya begitu kecil namun cukup  besar keindahannya, begitu pendek umurnya namun efeknya  cukup panjang.-

Jangan memandang bunga dari keindahan, kelembutan, atau aroma yang ditebarkan. Bunga adalah metafora agung yang sarat nilai untuk dijadikan pedoman dalam mengarungi biduk kehidupan.

Melalui falsafah prilaku, tatapan mata Prof Syahrin menyiratkan dan mengajarkan, pertama bunga selalu menebarkan aroma wangi dan menyegarkan siapa pun. Kendati suatu saat ia dicampakkan, bunga tetap saja konsisten dan istiqamah menebarkan wanginya sampai batas akhir kekuatannya.

Kedua, bunga rela mekar sekalipun untuk layu dan siap digantikan dengan generasi bunga segar berikutnya. Metafora bunga yang tak pernah bosan menawarkan arahan kebijakan dalam berkehidupan.

Ketiga bunga selalu siap menyapa siapa pun dalam setiap keadaan. Mulai dari keadaan suka saat pesta pernikahan, sampai keadaan duka dalam suasana kematian.

Keempat, bunga selalu memberikan manfaat. Ia memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Pasar bunga dan toko bunga tak pernah sepi. Tak hanya orang, kupu-kupu pun senantiasa menari kegirangan ketika hinggap menghisap madunya.

Bunga adalah sahabat manusia dalam hidup dan juga dalam kematian. Bunga adalah tanda dan lambang cinta, pengorbanan, hormat, penghormatan, keindahan dan niat baik. Bunga memuaskan rasa sentuhan indera penglihatan dan indera penciuman. Bunga adalah karunia langka alam.

Memelihara, merawat dan memupuk bunga, bukan sekedar titisan cinta kepada alam. Namun, mematri cinta yang hakiki kepada Sang Pencipta. Dia, yang melukis keindahan dunia, yang menabur fatamorgana untuk menyejukkan mata, agar bisa berfikir, apa itu arti kehidupan. Dalam setiap bunga terbetik jiwa yang mekar di alam.

Bunga identik dengan keindahan, kecantikan, serta harum semerbak saat dihirup. Bunga tak pernah marah saat diinjak. Tanpa bantuan manusia pun bunga bisa tumbuh subur di atas tanah. Terlihat lemah, tapi bunga bisa melindungi diri sendiri, misalnya mawar dengan durinya.

“ Tiap bunga mekar di musim yang berbeda, tapi tetap saja suatu saat akan mekar, dan ketika mekar, akan terlihat sama-sama indah meskipun berbeda-beda karakteristiknya.” (Webtoon Eggnoid). Tar