Gardamedannews.com- MEDAN- Sore itu, warung kopi Kak Noni, memang tampak ramai. Tapi, Kak Noni tetap melamun dan termenung. Wajahnya kusam, sehingga lesung pipit dan kecantikan Kak Noni agak “ternoda” sedikit. Senyumnya yang menggoda mulai sumringah ketika melihat Hasan Badogol dan Riko Latteung datang. Tanpa dikomandoi, Kak Noni pun langsung menghampiri Hasan Badogol dan Riko Latteung, sambil membawa Sanger dan risol.
Selidik punya selidik, rupanya Kak Noni kangen dengan Silih Tarigan yang sudah lama tak ngopi di warung Kak Noni. Ada apa gerangan ? Ternyata, menurut cerita Hasan Badogol, Silih Tarigan kepalanya benjol karena jatuh ketika mencopet mangga tetangga sebelah. Anehnya, kendati kepalanya yang benjol, tapi Silih Tarigan dibawa ke rumah sakit jiwa. Dan, kabarnya sekarang makin parah. Sayangnya, Hasan Badogol tak menjelaskan apanya yang parah: benjolnya atau gilanya ?
Seperti biasa, di Warung Kopi Kak Noni inilah, Silih Tarigan, Hasan Badogol dan Riko Latteung bercerita tentang Pak Wisful Raharja atau Pak WR, Asisten III di PT Union International Network, yang dungu, korup dan doyan seks. Karena Silih Tarigan masih di rumah sakit jiwa, maka Hasan Badogol mengambil peran. Kali ini, Hasan Badogol yang berkisah tentang Pak WR.
“ Memang betul-betul gila Pak WR itu ya, gila Plt” kata Hasan Badogol meyakinkan Riko Latteung. Maksudnya, gila menjadi Plt Dirut PT Union International Network. Padahal, Hasan Badogol melanjutkan cerita, dia sudah dua kali gagal “mengkudeta” Pak Dirut. Sekarang dia semangat lagi karena ada momen yang dianggapnya bisa menjatuhkan Pak Dirut. Dan, dia pun sudah mulai terang-terangan menyerang Pak Dirut.
Untuk melancarkan aksinya, Pak WR mengerahkan tiga “peliharaannya”. Bekicot, Tikus Air dan Monyet Lampung. Ketiganya memiliki kateristik dan tugas yang berbeda. Si Bekicot ini, agak pendiam, tapi makan dalam. Hanya dijadikan pecundang oleh Pak WR. Tugasnya berkoar-koar dan menshare berita-berita mengkritik Pak Dirut.
Sedangkan Tikus Air, sesuai dengan perawakannya yang kecil, kerjanya hanya menggerogoti dan orientasi bisnis. Karena sudah diiming-imingi akan dapat proyek asrama dan alat tulis kantor, Tikus Air pun bersemangat membantu Pak WR, bekerjasama dengan Bekicot dalam melancarkan propaganda. Padahal, Tikus Air ini sudah pernah kena tipu Pak WR dalam masalah memasukkan calon mahasiswa Kedokteran di USU.
Peliharaan Pak WR yang ketiga adalah Monyet Lampung. Yang ini agak lain. Selain tamak, juga tukang sebar fitnah. Ia mengumpulkan makanan sebanyak-banyaknya di mulutnya. Tapi, kepada Pak WR pun ia tak mau mengakui kalau makanan itu hasil pemberian orang lain. Maksudnya, supaya dia dapat makanan lagi dari tuannya. Monyet Lampung ini tugasnya, mengajak atau merangkul semua elemen yang kontra pada Pak Dirut, untuk bersama-sama menyerang Pak Dirut hingga tumbang. Sampai sekarang hanya Tuhan sajalah yang belum dihubunginya.
“ Mak jang sudah dua kau makan risol Ko. Rokokpun sudah habis separoh”, kata Hasan Badogol pada Riko Latteung di sela-sela cerita Pak WR. “ Jangan kencang kali ko, gawat kita nanti, “ tambah Hasan Badogol.
Cerita Hasan Badogol tadi, berkait erat dengan laporan intel rawa-rawa beberapa pekan lalu. Waktu itu, Pak WR datang dan menghadap pada salah seorang anggota Komisi VIII. Kepadanya, Pak WR bercerita panjang lebar membusukkan karakter Pak Dirut. Ujungnya, Pak WR menyatakan bahwa ia siap untuk melanjutkan kepemimpinan Pak Dirut. Kemudian Pak WR juga “menghimpun” kekuatan lain untuk bergabung dengannya agar bisa merebut posisi Dirut.
Pucuk dicinta ulampun tiba. Kebetulan ada sedikit “gesekan” di PT UIN, maka Pak WR pun seakan mendapat energi baru untuk menyerang kebijakan Dirut. Selain mengerahkan ketiga “ peliharaannya” tadi, Pak WR juga berupaya merangkul berbagai elemen yang berseberangan dengan kebijakan Dirut.
Tapi, rupanya, diam-diam anggota Komisi VIII tadi memperhatikan seluruh gerak-gerik Pak WR, dan akhirnya berkesimpulan bahwa Pak WR orangnya bobrok dan tak bisa dipakai. Padahal, selama ini Pak WR berkeliling kampung mengkampanyekan bahwa dirinya didukung anggota Komisi VIII untuk menjadi Plt Dirut. Kaciaaaan deh lo.
Setelah hampir dua jam ngobrol, Hasan Badogol pun memesan tambahan risol. Dan, tanpa ampun, Hasan Badogol melahap sekaligus dua risol. Riko Latteung hanya bisa melongo melihat aksi Hasan Badogol. Sedangkan Kak Noni berjalan perlahan menghampiri Hasan Badogol dan mengatakan tolong sampaikan pesan ini pada Pak WR, “Daripada berbicara ngelantur ngalor ngidul nggak jelas. Lebih baik belajar sedikit demi sedikit, biar IQ-mu yang rendah tidak begitu tampak.”
Mendengar itu, Hasan Badogol tersenyum dan membisikkan ke telinga Kak Noni, “ Kopi dan risolnya utang dulu ya, aku lupa bawa dompet, “. Ya…Hasan Badogol sama saja dengan Silih Tarigan, gila ngutang. Tapi, masih mending daripada gila Plt dan gila Presiden seperti tetangga sebelah. Tar
Ctt: Karena banyaknya permintaan pembaca, maka Redaksi akan mempertimbangkan untuk memuat ulang semua tulisan tentang Pak WR yang dungu, korup dan doyan seks– Red